Dari setiap perjalanan akan ada selalu yang namanya pemberhentian. Biasanya pemeberhentian tersebut untuk mengisi tenaga dan menenangkan fikiran. Terutama Traveler muslim atau lebi kerennya disebut Musafir sangat membutuhkan yang namanya tempat sholat. Biasanya hal ini di sembarikan sambil cari tempat makan sehingga menghemat waktu untuk singgah di sebuah tempat.

Sedangkan untuk kota medan, ada banyak sekali rumah makan yang menyediakan musholla, ada juga beberapa cafe yag tidak menyediakan tempat sholat. Namun beberaa cafe menyediakan juga temat sholat tetapi tidak menyediakan  tempat sholat yang nyaman. Bagi para musafir tentu kenyamanan juga menjadi penentu untuk memilih cafe tersebut. oleh karena itu kali ini tim Maju Satu Lagkah Telah menentukan kalau ada sebuah Cafe Musholla Luas di Sekitar Dr Mansyur Medan. Nama cafenya adalah Warunk Everyday.

Warunk Every

 
Di cafe yang baru buka tahun 2017 ini, banyak sekati terdapat makanan atau menu yang unik. Muslai dari berbagai jenis ice blanded, sampai makanan jenis katsu jepang. selain nyaman untuk para penjelajah yang singgah di sekitaran Dr mansyur atau USU, tempat ini sangat nyaman untuk disinggahi.

Terdaat ebberapa kursi sofa yang memiliki senderan sampai keatas kepala orang yang mendudukinnya. Selain itu terapat juga toilet yang super duper bersih tanpa bau pesing seperti pada tempat umum lainnya. untuk cabany yang di Dr mansyur ini memang tidak terdapat Wifi id, akan tetapi terdapat wifi gratis untuk pengunjung. Wifi yang diberikan juga lumayan cepat untuk pemakaian sosial media.

Disini juga terdapat musholla yang lumayan luas. kira-ira dapat menampung maksimum 50 orang berjamaah sekaligus wanita dan pria. Selain itu di belakangnya juga terdapat taman yang dipenuhi oleh dedaunan hijau. Dedaunan ini biasnaya dijadikan tempat berfoto terutama untuk teman-teman hits kekinikan. Selain itu di tempat tersebut di sediakan ebberapa properti seperti tempat duduk dan sepeda untuk berfoto ria.

Baca juga : Ngetem di Kito Floral Cafe & Resto
Read More
Malam tujuh belasan kali ini nggak ada yang special. Paling menikmati hilangnya rasa resah akan belum selesainya kuliah kini telah hilang. Walau pun revisi setelah sidang belum disetujuin paling enggak ada yang sudah di lewati. Kemudian line berbunyi pertanda sebuah pesan masuk ke dalamnya. Ternyata pesan dari salah seorang teman yang rumahnya beda beberapa gang dari rumahku. Isi line tersebut menanyakan apakan saat tujuhbelasan nanti aku ada acara atau tidak. Sepertinya tujuhbelasan tahun ini di komplesk rumah nggak ada perayaan tujuhbelasan seperti biasanya. Karena tidak ada kegiatan selama tujuhbelasan si kawan yang nge-line ngajak jalan ke arah Tanjung Pura, lebih tepatnya ke arah mesjid Azizi. Alasannya nggak ada yang jadi supir di perjalanan. 

Pejalanan pun dimulai jam 9 pagi dari rumah si kawan ke rumah kawan yang lainnya di depan asrama haji. Sepanjang perjalanan yang biasanya di prediksi kalau di kampung lalang bakalan macet ternyata tidak macet. Malahan ternyata saat tujuhbelasan kota stabat ramai karena ada karnavalnya, hal ini menyebabkan sedikit macet di jalan. Kemudian perjalanan berlangsung dengan aman dan nyaman sampai mendekati kota Tanjung Pura. Mendekati kota Tanjung Pura Tenyata kemacetan kembali terjadi. Ternyata perayaan tujuhbelas agustusan di kota ini juga besar.

Perayaan 17an kota Tanjung Pura

Sangking besarnya perayaan tujuh belasan di Kota Tanjng Pura ini, beberapa jalan ditutup dan tidak bisa di lewati. Pada awalnya kami rombongan mengira perayaan tidak melewati depan Mesjid Azizi, sehingga kami mencari jalan lain untuk memutar. Modal google map hampir semua gang kami lewati ternyata selalu berakhir dengan jalan yang tutup. Setelah lelah mencari jalan akhirnya kami memutuskan untuk mencari rumah makan yang ada di sekitar dahulu dan istirahat sholat Zuhur di mesjid terdekat.

Setelah selesai makan kemudian seorang temen bersemangat kembali untuk mencari jalan lagi. Muter kembali kearah yang sudah di lewati dan ternyata berujung macet total akhirnya kami putar balik. Saat putar balik ada tukang parkir yang memberitahukan jalan menuju Mesjid Azizi. Dengan sangat percaya diri karena sudah dikasih tau tukang parkir alias warga lokal akirnya jalan yang kami tuju juga nggak bisa lewat. Akhirnya kami memilih memarkirkan kendaraan sedikit jauh dari mesjid tersebut dan berjalan kaki ke arah mesjid. Ternyata perayaan utamanya malah melewati depan mesjid.

Perayaan dikota ini dibuat sebuah karnaval yang cukup meriah. Isi dari karaval tersebut mulai dari drumband, becak di hias, sampai orang berpakaian unik. Ada juga perwakilan dari beberapa sekolah di sekitar kota Tajung Pura.
 

Mesjid Azizi dan Kemegahannya


Setelah puas jepret-jeret dan ngambil video sedikit akhirnya kami masuk ke Mesjid Azizi. Ternyata mesjidnya baru saja dicat ulang sehingga memiliki warna yang lebih cerah. Sewaktu memasuki gerbang mesjid ada tukang jualan Mie pecel, kayaknya enak banget. Sayangnya mau beli passs pulangnya mie pecelnya sudah tidak ada lagi. 


Mesjid ini seperti menceritakan secara tidak langsung seberapa megahnya kerajaan langkat pada masanya. Dari segi arsitekturnya yang sangat mendetail mesjid  ini menunjukan seberapa hebatnya pembuatnya pada masa itu. Dilihat dari ruang Utama sholatnya banyak ornamen-oranamen detail yang ada di dalamnya.

Ditambah lagi Kompleks mesjid ini juga cukup luas, terdapat dua buah tempat wudhu. Kedua tempat Wudhu ini memisahkan antara tempat wudhu erempuan dan tempat wudhu laki-laki. Di dalam komples mesjid juga terdapat menara yang besar untuk mengumandangkan azan. Sayangnya kami belum dapat kesempatan untuk bisa memasuki menara tersebut.

Setelah puas berfoto dan mengambil gambar akhirnya kami pulang dengan rasa bangga ternyata Sumatera Utara memiliki sejarah yang luar biasa dilihat dari peninggalan-peninggalannya. Untuk yang males baca silahkan nonton aja Video dibawah yang juga menjelaskan tentang bagaimana suasana perayaan 17 agustusan di Mesjid Azizi Tanjung Pura.

Read More
Masjid Al Serkal, Phnom Phenh, Kamboja

Cewek! Nginap di Mesjid Kamboja Biasa aja tuh!- Salah satu hal yang paling menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah merencanakannya. Riset sederhana lokasi tujuan dan membuat draft perjalanan merupakan dua hal yang paling ditunggu-tunggu selain eksekusi perjalanan itu sendiri. Kenapa? Ini adalah saat dimana fantasi liar dan ide-ide gila yang bermunculan. Setiap perjalanan harus memiliki Check Point, it means, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan hal tersebut pastinya adalah hasil dari fantasi-fantasi liar tadi.

Waktu yang ideal menyusun draft perjalanan adalah satu sampai dua minggu sebelum keberangkatan. Dua minggu minus satu hari adalah jumlah hari yang akan dihabiskan selama berpetualang di lima negara ASEAN. Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand, dan Malaysia akan jadi pengisi stempel terakhir di passport yang akan expired pada awal tahun 2017.

Salah satu Check Point dalam perjalanan kali ini adalah Nginep di Masjid. Meskipun, Sebagai seseorang yang mendeskripsikan diri "tidak terlalu" relijius (terlalu berat menyandang sebutan ini), tetapi rasanya tak lengkap bemusafir tanpa dilengkapi indahnya bermalam di rumah Sang Khalik.

If you want to know how far you believe in your faith, be a Minority.


Minoritas adalah sebuah label yang diberikan bagi suatu kelompok dengan jumlah yang tidak lebih banyak dari kelompok lainnya dalam sebuah populasi pada satu ekosistem. Sulitnya ujian yang Allah SWT berikan kepada manusia adalah bukti nyata kepercayaan Dia akan kemampuan manusia. Dan menjadi minoritas itu sulit, konflik dan tekanan dari pihak kaum Mayoritas adalah sebagian kecil dari ujian yang dihadapi dan hampir mustahil untuk dihindari. Besarnya keyakinan dan kecintaan terhadap apa yang diyakini adalah satu-satunya kunci yang mampu membendungnya. "

They blame you because you look different, but you know we are all the same in the eye of God and He is the only one who can Judge


Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand adalah negara dengan jumlah Muslim dibawah 10%, bahkan di Viet Nam dan Laos, jumlah Muslim berada di bawah angka 1% dari total populasi yang ada. Phnom Phenh, Kamboja adalah salah satu check point karena disini cuma akan menghabiskan waktu kurang dari 12 jam di ibukota Kamboja ini dan gak punya destinasi lain untuk dikunjungi.

Setibanya di Phnom Phenh sekitar pukul 9 malam setelah menghabiskan lima jam perjalanan dari Siem Reap via Bus kecil ala metromini. Sempat nyasar dan muter-muter karena terkendala bahasa, Kamboja menggunaka bahasa nasional, Khmer. Gak jauh beda dengan di Indonesia, rata-rata mereka gak bisa bahasa Inggris, dan bahasa tubuh selalu jadi andalan. Tunjuk sana, tunjuk sini, komunikasi paling efektif yang dipahami oleh umat dari belahan dunia manapun. 

Interior Masjid Al - Serkal, Phnom Phenh, Kamboja 

Masjid Al Serkal, Masjid besar di Phnom Penh terletak di Preah Monivong Blvd (93), tepatnya di ujung Moak Chrouk St (86). Masjidnya besar dan bagus. Setelah nge-Isya, muter-muter dan mencari penjaga untuk melobi apakah gembel traveler ini diperbolehkan nginep beberapa jam. Walaupun sempat terkendala bahasa, akhirnya izin menginap diberikan yeey, tapi bukan di dalam masjid, melainkan di gudang bawah masjid. Hehe. Alhamdulillah lah pokoke. (FYI: Di sekitar masjid ada banyak penginapan yang pemiliknya muslim kalau gak mau ribet)

Kamar Kos Gembel di Masjid Al Serkal
Kamar Kos Gembel di Masjid Al Serkal


One Check Point in my bucket!


Sesuai perjanjian awal, bangun dan pergi sebelum fajar hari ini. Shalat subuh diisi dua shaf laki-laki dan dua orang di shaf belakang. aku dan seseorang. Selain kehilangan alasan untuk meninggalkan sholat, beberapa benefit dari nginep di Masjid adalah:
  • Peaceful
  • Bersih
  • Interior yang berbeda di setiap Masjid
  • Sekitar Masjid pasti ada makanan Halal
  • Berbaur dengan Lokal

Dengan populasi kurang dari 3%, makanan halal udah bisa dibayangin sulitnya. Umumnya, Muslim lokal yang tinggal di Indochina adalah keturunan Malaysia. Menu terbaek untuk gembel yang gak makan seharian adalah Nasi Hainan yang harganya cuma USD 1,5 dan Teh Vietnam sebagai penghangat pagi. Dan........ aku disamperin oleh seseorang yang satu shaf saat sholat shubuh di Masjid. Doi adalah Muslim lokal, suaminya merupakan salah satu imam di Masjid Al Serkal dan orang tua nya adalah imigran Malaysia, tapi makcik lahir di Kamboja, doi cuma bisa ngomong sepatah-dua kata Melayu. Makcik membekali air minum 1,5 liter sebagai teman memperpanjang langkah. Alhamdulillah. Indahnya bermusafir.

Sarapan bersama Makcik, 4 Agustus 2016
Sarapan bersama Makcik, 4 Agustus 2016


Selain makcik tadi, ada juga beberapa Muslim lokal yang nyamperin di sana. Mungkin doa mereka menjadi salah satu pengantar perjalanan yang penuh cerita ini. Sejak hari itu, Masjid, dinobatkan sebagai pit stop terbaikku, selain benefit-benefit yang di sebutin di atas, selalu ada cerita di dalamnya, mulai dari ngobrol-ngobrol dengan lokal, kenalan baru, dan banyak hal yang membuatnya lebih spesial.

Betewe, total Budget yang keluarkan selama di Phnom Phenh tidak lebih dari USD 2. He. he. he sekian tulisan ini mengenai Cewek Traveler ini Nginap di Mesjid Kamboja

Penulis : elisa wahyuni @eelisawah
Read More
Brunei, Negara Kecil Penuh Berkah - Perjalan kali ini saya memilih Brunai Darussalam sebagai tujuan saya, saya tertarik dengan Negara ini yang Pemerintahannya berupa kesultanan dan menerapkan sistem Absolut Monarki. Selain itu Brunei merupakan negara yang sangat kaya, dengan pendapatan perkapita rakyatnya menempati urutan terbesar ke-5 di dunia dan tentunya hal ini tidak lepas dari negara nya yang kaya raya yang sumber utama kekayaannya berasal dari minyak bumi, hal ini juga tentu saja ditambah pengelolaan yang benar dari pemerintah dan ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat serta hajat hidup orang banyak, wah jika kalian sempat datang kesini bakal merasakan betapa berkahnya negeri ini. 

Perjalanan ke Brunei 


Brunei, Negara Kecil Penuh Berkah
Brunei, Negara Kecil Penuh Berkah

Bagi saya perjalanan kali ini sangat istimewa, selain dilakukan dengan solo backpacker, perjalanan ini juga dilakukan ketika pergantian tahun dari 2016 ke 2017 dan ini juga berbeda dengan perjalanan sebelumnya yang jika ke luar negeri harus menggunakan pesawat terbang, namun kali ini saya memilih menggunakan bus, yap selain ongkos jauh lebih hemat, hal ini juga dikarenakan mumpung saya ditugaskan oleh perusahaan tempat saya bekerja di Pontianak. Dari Pontianak ada bus yang melayani perjalanan darat Pontianak-Brunei Darussalam PP dengan Ongkos Rp 750.000, kita bisa memilih menggunakan bus Damri Milik Pemerintah Indonesia atau dengan bus SJS milik swasta Indonesia, ada yang tau kenapa bus Indonesia mau beroprasi dari Pontianak ke Brunei PP setiap hari? Ya.. alasannya tak lain dan tak bukan karena banyaknya arus/gelombang TKI dari Indonesia ke Brunei, cukup miris sih soalnya TKI nya bukan TKI yang punya skill namun TKI tanpa skill yang ujung-ujungnya hanya menjadi pekerja kasar atau pembantu toko dan rumahtangga.


Balik lagi ke perjalanan saya ke Brunei, dari Pontianak saya berangkat jam 8 pagi melalui terminal Antar Negara Ambawang dengan bus SJS dengan biaya Rp 750.000,- bagi saya ini adalah tarif bus termahal yang pernah saya naiki, dan kondisi di dalam bus biasa aja.  Perjalanan kita lakukan melalui darat melewati Kecamatan Sosok, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat dan masuk melalui batas antar Negara Indonesia – Malaysia yang dikenal dengan Border Entikong, temen-temen jangan kira perjalanan dari Pontianak ke Entikong mulus, lumayan parah, bahkan berkilometer tanpa aspal khusunya di daerah sanggau. Namun berita baiknya untuk Border Indonesia sudah mengalami renovasi dari sebelumnya dan jika saya bandingkan dengan Border Malaysia dan Brunei Border Indonesia yang paling keren... yeeeeee.

Perjalanan kita lanjutkanke Brunei melewati Jalur pinggiran Malaysia, Sarawak Khusunya, tapi kita tidak masuk ke Kota Kuching, kita dari jalur yang berbeda. Tepat pukul 6.00 pagi Waktu Brunei kita sudah tiba di Border Brunei untuk melakukan pengecapan paspor dan Introgasi serta pemeriksaan bawaan. Biasanya yang ditanya seputar ngapain ke brunei? berapa lama? ada uang tunjuk? Berapa banyak?... eiitssss uang tunjuk ? ada yang tau apa itu uang tunjuk? nah kalau kita ke Brunei dengan alasan wisata/travelling biasanya petugas imigrasi mau lihat berapa banyak uang yang kita miliki, mereka khawatir kita jadi gelandangan atau TKI yang bisa menyusahkan negaranya, menurut supir bus minimal uang tunjuk DB 300, atau setara Rp 3 jt an. Alhamdulillah saya bisa lewat dengan bahagia.

Saya beserta bus SJS yang saya tumpangi (yang isinya TKI kecuali saya) tiba di Bandar Sri Bengawan Brunei Darussalam sekitar pukul 9.30 waktu Brunei, kemudian hal pertama saya lakukan adalah mencari hotel/ tempat untuk menginap tujuannya adalah agar backpack saya bisa disimpan di penginapan jadi lebih ringan berjalan kemana-mana terlebih jika pulang kemalaman sudah ada tempat untuk menginap.

Seperti yang sudah saya googling sebelumnya ketika di Indonesia saya memiliki 2 opsi penginapan dengan key message "Penginapan ala Backpacker " yaitu Pusat Belia Youth Hostel yang terletak dekat dengan pasar Kianggeh di Jl. Kianggeh dengan harga 10-15 BND namun sayangnya ketika saya sampai penginapan inis edang tutup s.d 31 Desember 2016. Tanpa pikir panjang saya mencari penginapan ke 2  yang menurut informasi yang saya dapatkan berada di depan Hotel Brunei artinya di pusat kota ada penginapan murah namanya K.H Soon Service and Resthouse, dari pusat perhentian bus ke Pusat Belia Youth Hostel s.d ke K.H. Soon Resthouse saya lalui dengan berjalan, untungnya sudah terlatih berlari ditengah kota ber kilo-kilo meter, jadi jarak segitumah sikat abis.

Sampai di Brunei 


Alhamdulillah sesampainya di penginapan ke2  masi ada kamar yang kosong, lebih tepatnya bad yang kosong karena saya mengambil tipe Dorm bukan kamar, maklum saja Dorm harganya paling murah cocok buat backpacker ngirit seperti saya cuma 20 BND  atau setara  Rp 180.000 rb an walaupun sudah ada perubahan tarif dari sebelumnya hanya 15 BND, Alhamdulillah.


KH. Soon Resthouse Brunei tepat nya di Lt. 3 cocok untuk backpacker terletak di pusat kota Lokasinya di depan Hotel Brunei  Harga paling murah Dorm 20 BND
KH. Soon Resthouse Brunei tepat nya di Lt. 3 cocok untuk backpacker terletak di pusat kota
Lokasinya di depan Hotel Brunei
Harga paling murah Dorm 20 BND


Penginapan sudah, langsung mandi , langsung gas city tour pusat kota Bandar Sri Bengawan dan inis aya lakukan di tengah trik matahari siang brunei dengan berjalan kaki, OMG panas banget, tapi jujur kali ini saya tidak perduli dengan kulit yang menghitam wong aslinya juga udah hitam, hitam manis tepatnya. Perjalanan saya mulai dengan mengunjungi Kianggeh Open Air Market dilanjutkan ke Brunei Arts and Handcraft Training Centre lalu ke Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien sambil sholat zuhur. Setelah zuhur saya lanjutkan perjalanan dengan menjalani setapak demi setapak Bandar Sri Begawan  dan menyinggahi Pusat sejarah dan kebudayaan Brunei Darussalam setelah selesai melihat-lihat , kemudian saya mencari bus untuk tujuan Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah yang merupakan masjid terbesar di Brunei. Masjid ini memiliki 29 kubah emas dan dibangun untuk memperingati 25 tahun pemerintahan Sultan Bolkiah Hassani di Brunei. Saya naik dengan nomor bus 01 dan sekedar informasi bus di Brunei mematok tarif 1 BND untuk semua jarak, dekat ataupun jauh tapi kalau sudah turun bus dan naik lagi ya bayar lagi. 

Bus di brunei atau sering disebut disebut Bas memiliki warna yang berbeda-beda tergantung dari arahnya apakah lintas timur, selatan datau arah lainnya, dan jalur busnya di tentukand ari no bus nya. Jangan khawatir klarena biasanya di setiap terminal bus akan di pasang jalur lintas bus. Satu hal juga yang membuat saya tertarik adalah bus di brunei 90% nya dinaiki oleh turis atau tenaga kerja asing (umumnya Indonesia-India) bahkan supirnya juga kalau bukan orang Indonesia ya orang India, Sultan Brunei memberikan kemudahan kepada rakyat Brunei untuk memiliki kendaraan khusunya mobil namun tetap mempertahankan transportasi umum yang menurut hemat saya kebijakan transportasi umum ini sangat membantu para turis, dan tenaga kerja asing.

Sesampainya di Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah, saya sempatkan untuk mencicipi sholat asar berjamaah di masjid ini, dan seperti ekspektasi saya masjid ini benar-benar megah dan adem banget. Setelah sholat asar  dikarenakan kondisi kepala yang mulai dangdutan saya putuskan untuk balik ke resthouse dengan bus. Kebetulan resthouse saya berdekatan dengan terminal induk bus hanya  Istana ini punya 1.788 ruangan, termasuk 257 kamar mandi. Selain itu, ada pula aula yang bisa menampung hingga 5.000 tamu dan sebuah masjid yang bisa menampung 1.500 jamaah.



Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah  Masjid terbesar di Brunei Darussalam dengan 29 Kubah Emas dapat diakses denngan bus no 01 dari terminal Kianggeh
Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah
Masjid terbesar di Brunei Darussalam dengan 29 Kubah Emas dapat diakses denngan bus no 01 dari terminal Kianggeh 


Istana Nurul Iman juga memiliki garasi yang memuat 110 mobil, ruangan untuk 200 kuda poni sang sultan dan 5 kolam renang. Setidaknya ada 165 mobil Rolls Royces yang ada di garasinya. Wah!

Dalam total, istana ini memiliki luas 200.000 meter persegi, berdasarkan luas lantai. Karena luas dan banyaknya ruangan di sini, dibutuhkan 564 tempat lilin, 51.000 bohlam lampu, 44 tangga dan 18 tangga jalan
sekitar 300 m, dan dekat dengan warung Indonesia (saya sebut warung Indonesia karena penjualnya pakai  bahasa jawa dan pelanggannya semua orang Indonesia, TKI tentunya).

Sejujurnya malam ini adalah malam tahun baru masehi 2017. Biasanya dinegara lain khusunya Indonesia tahun baru dirayakan dengan penuh kemeriahan mulai dari petasan dimana-mana, aksi konvoi di jalanan bahkan tidak sedikit orang yang menjadikannya sebagai ajang maksiat (kultum dikit). Namun hal berbeda dan unik ditunjukan oleh Brunei, Negara dan mayoritas masyarkat Brunei memilih menghabiskan malam pergantian tahun baru masehi dengan bercengkaraman bersama keluarga, 31 Desember 2016 saya coba untuk sholat magrib di Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien (Icon Brunei)   namun terlihat suasananya biasa saja, tidak ada yang istimewa, kemudian saya sempatkan sedikit berjalan kaki mengelilingi Bandar Sri Begawan, juga suasananya biasa saja, lalu saya kembali ke resthouse dan menuju tengah malam dari jendela lt. 3 resthouse saya melihat-lihat apakah ada aktivitas perayaan tahun baru, dan hasilnya Brunei sepi senyap, begitulah cara Negara Brunei menghabiskan akhir tahun dan menyambut tahun yang baru, saya berfikir dalam menjalani pergantian tahun mungkin mereka lebih memilih dengan cara berdoa, muhasabah dan bersyukur. Berkahnya Negeri ini.

Minggu 1 Januari 2017 jam 7 pagi saya langsung bergegas menuju terminal Kianggeh untuk mengeksekusi semua plan yang tersusun di kepala, dan destinasi pertama yang saya pilih adalah National Stadion atau Stadium Negara Hassanal Bolkiah dengan menaiki bus No. 36 warna biru. Sesampainya disana eng ing eng ing eng .... Sepi. Jika saya bandingkan pagi hari di jam yang sama di stadion GBK bahkan stadion SSA Pontianak, Nasional Stadion Brunei jauh lebih sepi, namun alhamdulillah di tengah kebingungan saya untuk mencari transportasi menuju Bandar Sri Begawan di karenakan pada hari minggu banyak jalan di Brunei yang ditutup untuk bus s.d jam 10 pagi. 

Didalam kegundahan dan kebingungan saya dipertemukan dengan sebut saja namanya bang Amer (nama Instagram) warga negara Brunei, awalnya saya bertanya lokasi bus stop tapi karena kebaikan hatinya saya mau diantar sampai ke resthouse dan boleh request pulak, sebelum ke resthouse saya diantar mengelilingi bandar sri begawan di pagi hari dengan mobilnya, kemudian singgah di Istana Nurul Iman yaitu Pusat pemerintahan dan kerajaan sekaligus tempat tinggal raja Brunei yang baik hati (hampir semua warga Brunei sepakat, saya juga sepakat, kalau tidak baik hati mana mau Sultan Brunei menyediakan bus yang 90 % nya ditumpangi oleh tenaga kerja asing bahkan dipekerjakan).

Sekedar informasi setiap hari raya Syawal/ hari raya Idul Fitri Sultan membuka Istana untuk dikunjungi oleh semua rakyatnya bahkan tenaga kerja asing, semua orang bisa masuk ke Istana, bertemu dengan raja dan mendapatkan mekanan gratis dan acara ini berlangsung selama 3 hari. 


Brunei Tourism Map Sangat membantu karena dilengkapi dengan jalur bus, kuliner dan  informasi lainnya Bisa diambil di Lt. 2 KH.Soon resthouse
Brunei Tourism Map
Sangat membantu karena dilengkapi dengan jalur bus, kuliner dan  informasi lainnya
Bisa diambil di Lt. 2 KH.Soon resthouse 

Menurut Guiness Book of Record Istana Nurul Iman Brunei Darussalam menempati urutan pertama sebagai Istana terbesar di Dunia, Istana ini punya 1.788 ruangan, termasuk 257 kamar mandi. Selain itu, ada pula aula yang bisa menampung hingga 5.000 tamu dan sebuah masjid yang bisa menampung 1.500 jamaah. Istana Nurul Iman juga memiliki garasi yang memuat 110 mobil, ruangan untuk 200 kuda poni sang sultan dan 5 kolam renang. Setidaknya ada 165 mobil Rolls Royces yang ada di garasinya. Istana ini punya 1.788 ruangan, termasuk 257 kamar mandi. Selain itu, ada pula aula yang bisa menampung hingga 5.000 tamu dan sebuah masjid yang bisa menampung 1.500 jamaah.

Istana Nurul Iman juga memiliki garasi yang memuat 110 mobil, ruangan untuk 200 kuda poni sang sultan dan 5 kolam renang. Setidaknya ada 165 mobil Rolls Royces yang ada di garasinya. Wah!

Dalam total, istana ini memiliki luas 200.000 meter persegi, berdasarkan luas lantai. Karena luas dan banyaknya ruangan di sini, dibutuhkan 564 tempat lilin, 51.000 bohlam lampu, 44 tangga dan 18 tangga jalan

Dalam total, istana ini memiliki luas 200.000 meter persegi, berdasarkan luas lantai. Karena luas dan banyaknya ruangan di sini, dibutuhkan 564 tempat lilin, 51.000 bohlam lampu, 44 tangga dan 18 tangga jalan,  wah Brunei dan Sultan memang kaya maka sangat patut kita sematkan sebagai Muslim Kuat.

Setelah dari Istana Nurul iman saya melanjutkan perjalanan ke pusat Bandar untuk menaiki kapal speed dan mengunjungi Kampung Anyer. Kampung Anyer berdiri diatas sungai Brunei dan dikenal sebagai desa air terbesar di dunia, bahkan beberapa orang menyebutnya sebagai ‘Venesia dari Timur’. Tempat ini adalah rumah bagi 40.000 warga yang mewakili 10 % dari total penduduk Brunei, bahkan dikampung ini terdapat berbagai jenis rumah, sekolah, layanan darurat sampai dengan markas pemadam kebakaran, satelit bahkan wifi, jangan heran kalau kampung ini jauh dari kata kumuh, for me its amazing village

Setelah  berjalan menyusuri kampung Anyer saya kembali menaiki speed boat  menuju Jembatan yang sedang dibangun yang menghubungkan Brunei dengan Malaysia, setelah itu saya kembali naik speed boat menuju terminal Kianggeh untuk mengambil bus menuju Museum Brunei, Museum Teknologi dan museum Maritim Brunei, sayangnya museum Brunei sedang tutup jadi hanya bisa mengunjungi museum Teknologi dan Museum Maritim.


Speed Boat penyebrangan menuju Kampong Anyer 1 BND = Rp 9500. Untuk mengelilingi kampung selama 40 menitan 10 BND
Speed Boat penyebrangan menuju Kampong Anyer 1 BND = Rp 9500.
Untuk mengelilingi kampung selama 40 menitan 10 BND

Tarif speed boat hanya 1 BND untuk menyebrang namun untuk berwisata mengelilingi Kampong Anyer dengan durasi 40 menitan sekitar 10 BND.

Suasana di Bus / angkutan umum no. 01 lintas timur. Tiket hanya 1 BND
Suasana di Bus / angkutan umum no. 01 lintas timur.
Tiket hanya 1 BND 


Dari museum saya kembali ke Terminal Kianggeh dan membeli tiket pulang dengan Bus Damri seharga 80 BND atau setara Rp 750.000,-  bus akan jalan pukul 15.00 waktu Brunei sedangkan saat itu masi pukul 11.30 waktu Brunei, sebelum anggap saja sebagai salam perpisahan saya tunaikan zuhur saya di masjid Sultan Omar Ali Saifuddin kemudian sambil menunggu bus berangkat saya mencicil tulisan ini sambil nongkrong di pendopo upacara Brunei Darussalam sambil menikmati nasi Khatok favorit Tenaga Kerja Asing dan backpacker karena harganya Cuma 1 BND sudah pakai ayam, alhamdulillah murah meriah berkah. Tepat jam 15.00 waktu Brunei Bus Damri kita berangkat dari Brunei bertolak ke Indonesia melewati Sarawak Malaysia dan tiba di Indonesia keesokan harinya tepatnya di Terminal Antar Negara Ambawang pukul 14.00 WIB. Alhamdulillah.  

Kegiatan ini memerlukan dana yang lumayan untuk seorang kariawan, solusi untuk mengimpulkan dana pertama estimasikan terlebih dahulu berapa biaya yang akan kita keluarkan unuk perjalanan ini. Kemudian mulailah menabung. Dizaman modren seperti saat ini sudah tidak lagi menabung dengan menggunakan celengan atau di taruh dibawah bantal. Alangkah lebih baiknya kita menabung di bank saja. Mungkin salah satu pilihan terbaik Bank adalah Bank SUMUT. Ini adalah estimasi perjalanan kemarin semoga bermanfaat.

Tiket Pontianak-Brunei dengan Bus SJS                  Rp 750.000
Tiket Brunei-Pontianak dengan Bus Damri              Rp 750.000
Dorm/ resthouse                                                        Rp 180.000
Tiket Speed Boat                                                       Rp 30.000
Tiket Bus selama di Brunei                                       Rp  60.000
Makan selama di perjalanan PP dan di Brunei         Rp 230.000  

Total Budget                                                            Rp 2.000.000,-

Terminal Antar Negara Ambawang Kalimantan Barat
Terminal Antar Negara Ambawang
Kalimantan Barat


Cerita ini didukung oleh Bank Sumut #ayokebanksumut #banknyaorangsumut

Penulis : Vicky Yogha Sinulingga  @sinulingga_vicky
Read More