Dari setiap perjalanan akan ada selalu yang namanya pemberhentian. Biasanya pemeberhentian tersebut untuk mengisi tenaga dan menenangkan fikiran. Terutama Traveler muslim atau lebi kerennya disebut Musafir sangat membutuhkan yang namanya tempat sholat. Biasanya hal ini di sembarikan sambil cari tempat makan sehingga menghemat waktu untuk singgah di sebuah tempat.

Sedangkan untuk kota medan, ada banyak sekali rumah makan yang menyediakan musholla, ada juga beberapa cafe yag tidak menyediakan tempat sholat. Namun beberaa cafe menyediakan juga temat sholat tetapi tidak menyediakan  tempat sholat yang nyaman. Bagi para musafir tentu kenyamanan juga menjadi penentu untuk memilih cafe tersebut. oleh karena itu kali ini tim Maju Satu Lagkah Telah menentukan kalau ada sebuah Cafe Musholla Luas di Sekitar Dr Mansyur Medan. Nama cafenya adalah Warunk Everyday.

Warunk Every

 
Di cafe yang baru buka tahun 2017 ini, banyak sekati terdapat makanan atau menu yang unik. Muslai dari berbagai jenis ice blanded, sampai makanan jenis katsu jepang. selain nyaman untuk para penjelajah yang singgah di sekitaran Dr mansyur atau USU, tempat ini sangat nyaman untuk disinggahi.

Terdaat ebberapa kursi sofa yang memiliki senderan sampai keatas kepala orang yang mendudukinnya. Selain itu terapat juga toilet yang super duper bersih tanpa bau pesing seperti pada tempat umum lainnya. untuk cabany yang di Dr mansyur ini memang tidak terdapat Wifi id, akan tetapi terdapat wifi gratis untuk pengunjung. Wifi yang diberikan juga lumayan cepat untuk pemakaian sosial media.

Disini juga terdapat musholla yang lumayan luas. kira-ira dapat menampung maksimum 50 orang berjamaah sekaligus wanita dan pria. Selain itu di belakangnya juga terdapat taman yang dipenuhi oleh dedaunan hijau. Dedaunan ini biasnaya dijadikan tempat berfoto terutama untuk teman-teman hits kekinikan. Selain itu di tempat tersebut di sediakan ebberapa properti seperti tempat duduk dan sepeda untuk berfoto ria.

Baca juga : Ngetem di Kito Floral Cafe & Resto
Read More
Malam tujuh belasan kali ini nggak ada yang special. Paling menikmati hilangnya rasa resah akan belum selesainya kuliah kini telah hilang. Walau pun revisi setelah sidang belum disetujuin paling enggak ada yang sudah di lewati. Kemudian line berbunyi pertanda sebuah pesan masuk ke dalamnya. Ternyata pesan dari salah seorang teman yang rumahnya beda beberapa gang dari rumahku. Isi line tersebut menanyakan apakan saat tujuhbelasan nanti aku ada acara atau tidak. Sepertinya tujuhbelasan tahun ini di komplesk rumah nggak ada perayaan tujuhbelasan seperti biasanya. Karena tidak ada kegiatan selama tujuhbelasan si kawan yang nge-line ngajak jalan ke arah Tanjung Pura, lebih tepatnya ke arah mesjid Azizi. Alasannya nggak ada yang jadi supir di perjalanan. 

Pejalanan pun dimulai jam 9 pagi dari rumah si kawan ke rumah kawan yang lainnya di depan asrama haji. Sepanjang perjalanan yang biasanya di prediksi kalau di kampung lalang bakalan macet ternyata tidak macet. Malahan ternyata saat tujuhbelasan kota stabat ramai karena ada karnavalnya, hal ini menyebabkan sedikit macet di jalan. Kemudian perjalanan berlangsung dengan aman dan nyaman sampai mendekati kota Tanjung Pura. Mendekati kota Tanjung Pura Tenyata kemacetan kembali terjadi. Ternyata perayaan tujuhbelas agustusan di kota ini juga besar.

Perayaan 17an kota Tanjung Pura

Sangking besarnya perayaan tujuh belasan di Kota Tanjng Pura ini, beberapa jalan ditutup dan tidak bisa di lewati. Pada awalnya kami rombongan mengira perayaan tidak melewati depan Mesjid Azizi, sehingga kami mencari jalan lain untuk memutar. Modal google map hampir semua gang kami lewati ternyata selalu berakhir dengan jalan yang tutup. Setelah lelah mencari jalan akhirnya kami memutuskan untuk mencari rumah makan yang ada di sekitar dahulu dan istirahat sholat Zuhur di mesjid terdekat.

Setelah selesai makan kemudian seorang temen bersemangat kembali untuk mencari jalan lagi. Muter kembali kearah yang sudah di lewati dan ternyata berujung macet total akhirnya kami putar balik. Saat putar balik ada tukang parkir yang memberitahukan jalan menuju Mesjid Azizi. Dengan sangat percaya diri karena sudah dikasih tau tukang parkir alias warga lokal akirnya jalan yang kami tuju juga nggak bisa lewat. Akhirnya kami memilih memarkirkan kendaraan sedikit jauh dari mesjid tersebut dan berjalan kaki ke arah mesjid. Ternyata perayaan utamanya malah melewati depan mesjid.

Perayaan dikota ini dibuat sebuah karnaval yang cukup meriah. Isi dari karaval tersebut mulai dari drumband, becak di hias, sampai orang berpakaian unik. Ada juga perwakilan dari beberapa sekolah di sekitar kota Tajung Pura.
 

Mesjid Azizi dan Kemegahannya


Setelah puas jepret-jeret dan ngambil video sedikit akhirnya kami masuk ke Mesjid Azizi. Ternyata mesjidnya baru saja dicat ulang sehingga memiliki warna yang lebih cerah. Sewaktu memasuki gerbang mesjid ada tukang jualan Mie pecel, kayaknya enak banget. Sayangnya mau beli passs pulangnya mie pecelnya sudah tidak ada lagi. 


Mesjid ini seperti menceritakan secara tidak langsung seberapa megahnya kerajaan langkat pada masanya. Dari segi arsitekturnya yang sangat mendetail mesjid  ini menunjukan seberapa hebatnya pembuatnya pada masa itu. Dilihat dari ruang Utama sholatnya banyak ornamen-oranamen detail yang ada di dalamnya.

Ditambah lagi Kompleks mesjid ini juga cukup luas, terdapat dua buah tempat wudhu. Kedua tempat Wudhu ini memisahkan antara tempat wudhu erempuan dan tempat wudhu laki-laki. Di dalam komples mesjid juga terdapat menara yang besar untuk mengumandangkan azan. Sayangnya kami belum dapat kesempatan untuk bisa memasuki menara tersebut.

Setelah puas berfoto dan mengambil gambar akhirnya kami pulang dengan rasa bangga ternyata Sumatera Utara memiliki sejarah yang luar biasa dilihat dari peninggalan-peninggalannya. Untuk yang males baca silahkan nonton aja Video dibawah yang juga menjelaskan tentang bagaimana suasana perayaan 17 agustusan di Mesjid Azizi Tanjung Pura.

Read More
Masjid Al Serkal, Phnom Phenh, Kamboja

Cewek! Nginap di Mesjid Kamboja Biasa aja tuh!- Salah satu hal yang paling menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah merencanakannya. Riset sederhana lokasi tujuan dan membuat draft perjalanan merupakan dua hal yang paling ditunggu-tunggu selain eksekusi perjalanan itu sendiri. Kenapa? Ini adalah saat dimana fantasi liar dan ide-ide gila yang bermunculan. Setiap perjalanan harus memiliki Check Point, it means, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan hal tersebut pastinya adalah hasil dari fantasi-fantasi liar tadi.

Waktu yang ideal menyusun draft perjalanan adalah satu sampai dua minggu sebelum keberangkatan. Dua minggu minus satu hari adalah jumlah hari yang akan dihabiskan selama berpetualang di lima negara ASEAN. Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand, dan Malaysia akan jadi pengisi stempel terakhir di passport yang akan expired pada awal tahun 2017.

Salah satu Check Point dalam perjalanan kali ini adalah Nginep di Masjid. Meskipun, Sebagai seseorang yang mendeskripsikan diri "tidak terlalu" relijius (terlalu berat menyandang sebutan ini), tetapi rasanya tak lengkap bemusafir tanpa dilengkapi indahnya bermalam di rumah Sang Khalik.

If you want to know how far you believe in your faith, be a Minority.


Minoritas adalah sebuah label yang diberikan bagi suatu kelompok dengan jumlah yang tidak lebih banyak dari kelompok lainnya dalam sebuah populasi pada satu ekosistem. Sulitnya ujian yang Allah SWT berikan kepada manusia adalah bukti nyata kepercayaan Dia akan kemampuan manusia. Dan menjadi minoritas itu sulit, konflik dan tekanan dari pihak kaum Mayoritas adalah sebagian kecil dari ujian yang dihadapi dan hampir mustahil untuk dihindari. Besarnya keyakinan dan kecintaan terhadap apa yang diyakini adalah satu-satunya kunci yang mampu membendungnya. "

They blame you because you look different, but you know we are all the same in the eye of God and He is the only one who can Judge


Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand adalah negara dengan jumlah Muslim dibawah 10%, bahkan di Viet Nam dan Laos, jumlah Muslim berada di bawah angka 1% dari total populasi yang ada. Phnom Phenh, Kamboja adalah salah satu check point karena disini cuma akan menghabiskan waktu kurang dari 12 jam di ibukota Kamboja ini dan gak punya destinasi lain untuk dikunjungi.

Setibanya di Phnom Phenh sekitar pukul 9 malam setelah menghabiskan lima jam perjalanan dari Siem Reap via Bus kecil ala metromini. Sempat nyasar dan muter-muter karena terkendala bahasa, Kamboja menggunaka bahasa nasional, Khmer. Gak jauh beda dengan di Indonesia, rata-rata mereka gak bisa bahasa Inggris, dan bahasa tubuh selalu jadi andalan. Tunjuk sana, tunjuk sini, komunikasi paling efektif yang dipahami oleh umat dari belahan dunia manapun. 

Interior Masjid Al - Serkal, Phnom Phenh, Kamboja 

Masjid Al Serkal, Masjid besar di Phnom Penh terletak di Preah Monivong Blvd (93), tepatnya di ujung Moak Chrouk St (86). Masjidnya besar dan bagus. Setelah nge-Isya, muter-muter dan mencari penjaga untuk melobi apakah gembel traveler ini diperbolehkan nginep beberapa jam. Walaupun sempat terkendala bahasa, akhirnya izin menginap diberikan yeey, tapi bukan di dalam masjid, melainkan di gudang bawah masjid. Hehe. Alhamdulillah lah pokoke. (FYI: Di sekitar masjid ada banyak penginapan yang pemiliknya muslim kalau gak mau ribet)

Kamar Kos Gembel di Masjid Al Serkal
Kamar Kos Gembel di Masjid Al Serkal


One Check Point in my bucket!


Sesuai perjanjian awal, bangun dan pergi sebelum fajar hari ini. Shalat subuh diisi dua shaf laki-laki dan dua orang di shaf belakang. aku dan seseorang. Selain kehilangan alasan untuk meninggalkan sholat, beberapa benefit dari nginep di Masjid adalah:
  • Peaceful
  • Bersih
  • Interior yang berbeda di setiap Masjid
  • Sekitar Masjid pasti ada makanan Halal
  • Berbaur dengan Lokal

Dengan populasi kurang dari 3%, makanan halal udah bisa dibayangin sulitnya. Umumnya, Muslim lokal yang tinggal di Indochina adalah keturunan Malaysia. Menu terbaek untuk gembel yang gak makan seharian adalah Nasi Hainan yang harganya cuma USD 1,5 dan Teh Vietnam sebagai penghangat pagi. Dan........ aku disamperin oleh seseorang yang satu shaf saat sholat shubuh di Masjid. Doi adalah Muslim lokal, suaminya merupakan salah satu imam di Masjid Al Serkal dan orang tua nya adalah imigran Malaysia, tapi makcik lahir di Kamboja, doi cuma bisa ngomong sepatah-dua kata Melayu. Makcik membekali air minum 1,5 liter sebagai teman memperpanjang langkah. Alhamdulillah. Indahnya bermusafir.

Sarapan bersama Makcik, 4 Agustus 2016
Sarapan bersama Makcik, 4 Agustus 2016


Selain makcik tadi, ada juga beberapa Muslim lokal yang nyamperin di sana. Mungkin doa mereka menjadi salah satu pengantar perjalanan yang penuh cerita ini. Sejak hari itu, Masjid, dinobatkan sebagai pit stop terbaikku, selain benefit-benefit yang di sebutin di atas, selalu ada cerita di dalamnya, mulai dari ngobrol-ngobrol dengan lokal, kenalan baru, dan banyak hal yang membuatnya lebih spesial.

Betewe, total Budget yang keluarkan selama di Phnom Phenh tidak lebih dari USD 2. He. he. he sekian tulisan ini mengenai Cewek Traveler ini Nginap di Mesjid Kamboja

Penulis : elisa wahyuni @eelisawah
Read More